Aktivitas Produksi dan Konsumsi Masyarakat Masih Tetap Kuat
(Foto/Ist)
Surabaya -Kementerian Keuangan dalam rilisnya (11/12) mengenai perkembangan perekonomian sampai dengan November 2024 menyebutkan bahwa situasi ekonomi global masih sangat dinamis dan penuh ketidakpastian. Hal itu antara lain berasal dari kebijakan moneter global yang masih divergen, eskalasi geopolitik di Ukraina, Timur Tengah, dan Laut Cina Selatan, potensi perang dagang, dan instabililtas politik di berbagai negara seperti Filipina, Korsel, Perancis, dan Syria.
Selain itu, Fenomena Trump 2.0 meningkatkan risiko perekonomian global dan Emerging Markets. Secara global, kebijakan proteksionis di Amerika Serikat (AS) berdampak pada peningkatan potensi perang dagang dan trade diversion, meningkatnya volatilitas harga komoditas, peningkatan inflasi global dan pelemahan pertumbuhan ekonomi global.
Sementara bagi negara Emerging Markets, perubahan kebijakan AS tersebut menyebabkan hambatan perdagangan, depresiasi mata uang dan memicu arus keluar modal. Selain itu, perekonomian Tiongkok juga menghadapi berbagai tantangan, yang menambah ketidakpastian global, antara lain krisis sektor properti, pelemahan konsumsi domestik, dan hidden debt, serta ancaman tarif dagang Trump 2.0. Menghadapi hal tersebut, Bank Sentral dan Pemerintahan Tiongkok memberikan berbagai stimulus, namun dinilai belum memadai.
Aktivitas manufaktur global stabil di bulan November 2024. Mayoritas negara masih mengalami kontraksi, seperti AS dan Eropa. Korea Selatan pulih ke zona ekspansi, sementara Tiongkok, India, dan Brazil melanjutkan ekspansi. PMI manufaktur global bulan November 2024 sedikit membaik di level 50,0 (Oktober 49,4). Meski masih berada di zona kontraksi, PMI Manufaktur Indonesia bulan November naik ke angka 49,6 (Oktober 49,2).
Perkembangan lainnya, harga komoditas energi, pangan dan tambang masih fluktuatif. Selain permintaan dan penawaran, volatilitas harga juga dipengaruhi oleh faktor geopolitik dan perubahan iklim. Harga komoditas energi cenderung menurun dipicu prospek ekonomi Tiongkok, sedangkan harga Crude Palm Oil (CPO) masih menguat karena pasokan yang diperkirakan berkurang. Sampai dengan 9 Desember 2024, harga minyak bumi (Brent) turun sebesar 2,3% (mom), -6,4% (ytd) dan -2,6% (yoy), harga CPO naik 4,1% (mom) dan 50,1% (ytd), dan 8,0% (yoy); batu bara turun 6,7% (mom), -8,6% (ytd) dan -22,8% (yoy).
Harga komoditas pangan seperti beras naik 5,2% (mom), namun turun 12,7% (ytd) dan -2,0 (yoy). Sementara itu, harga komoditas mineral logam juga berfluktuasi. Harga tembaga turun sebesar 2,2% (mom), namun naik 7,9% (ytd) dan 8,9% (yoy). Harga nikel mengalami penurunan sebesar 2,4% (mom), -3,7% (ytd), dan -22,1% (yoy).
Inflasi domestik tetap terjaga didukung oleh harga pangan dalam tren menurun. Tingkat inflasi Indonesia pada November 2024 sebesar 1,55% (yoy), relatif lebih rendah dari negara-negara lain (misalnya, Eropa 2,3%, Filipina 2,5%, Vietnam 2,9%).
Sedangkan Indikator konsumsi masih kuat, meski kinerja sektor manufaktur tertahan. Optimisme masyarakat kembali meningkat, dengan Indeks keyakinan konsumen 125,9. Konsumsi motor terkontraksi -10,3% (yoy), sementara mobil membaik meski masih tumbuh negatif -3,9% (yoy). Indeks penjualan riil tumbuh positif 1,7% (yoy). Penjualan listrik bisnis dan industri tetap tumbuh positif masing-masing sebesar 3,6% (yoy) dan 1,5% (yoy), sementara penjualan semen mulai rebound, meski masih tumbuh negatif -0,2% (yoy).
Pasca-kemenangan Trump, dolar AS terus menguat dan yield US Treasury (UST) naik, menyebabkan tekanan di sebagian besar negara Emerging Markets, termasuk Indonesia. Per 9 Desember 2024, secara ytd, nilai tukar Rupiah terdepresiasi sebesar 2,80%, sebagai akibat penguatan indeks Dolar AS. Pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih mengalami tekanan dengan yield SBN domestik cenderung meningkat pada level 6,93% (posisi per 9 Desember 2024), sejalan dengan tren peningkatan yield UST. Ketidakpastian juga mendorong capital outflow di bulan November (s.d. 29/11) dan Desember (s.d. 9/12), namun secara ytd masih mencatatkan inflow sebesar Rp232,62 T (per 29/11, net inflow SBN Rp29,53 T, saham Rp21,56 T, dan SRBI Rp181,53 T) dan Rp231 T (per 6/12, net inflow SBN Rp32,33 T, per 9/12 saham Rp22,80 T, dan per 5/12, SRBI Rp175,89 T.
erkembangan APBN sampai 30 November 2024
Sementara itu, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai dengan tanggal 30 November 2024 mengalami defisit seiring meningkatnya belanja menjelang akhir tahun, sementara pendapatan mulai kembali tumbuh positif setelah mengalami kontraksi pada bulan-bulan sebelumnya. Rincian kinerja APBN dapat kami sampaikan sebagai berikut:
1. Realisasi Pendapatan Negara mencapai Rp2.492,7 triliun, atau 89,0% dari target APBN dan tumbuh positif 1,3% (yoy). Penerimaan Pajak mencapai Rp1.688,93 triliun (84,92% dari target APBN), tumbuh 1,1% (yoy). Penerimaan pajak melanjutkan tren positif selama 4 bulan terakhir dipengaruhi oleh membaiknya kinerja seluruh sektor utama. Turn-around sektor industri pengolahan yang tumbuh double digit pada bulan November, serta sektor pertambangan yang tumbuh impresif karena pembayaran angsuran Pajak Penghasilan (PPh) Badan subsektor pertambangan bijih logam memperkuat tren positif pertumbuhan seluruh sektor utama. Sementara berdasarkan jenisnya, kinerja penerimaan pajak selama November 2024 didukung perbaikan setoran pajak PPh non-Migas dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) serta penurunan restitusi.
2. Penerimaan Kepabeanan dan Cukai mencapai Rp257,8 triliun (80,3% dari target APBN), tumbuh 5,2% (yoy). Bea Masuk tumbuh 4,0% (yoy) didorong pertumbuhan nilai impor dan penguatan kurs USD, sementara Bea Keluar tumbuh 47,9% (yoy) dampak kebijakan relaksasi ekspor mineral mentah dan harga CPO yang menguat sejak Juni. Cukai tumbuh positif 2,8% (yoy) disebabkan produksi Hasil Tembakau Gol II dan III meskipun Gol I yang tarifnya lebih tinggi mengalami penurunan.
3. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp522,4 triliun (106,2% target APBN), kontraksi 4,0% (yoy). Kontraksi dipengaruhi tekanan pada Pendapatan Sumber Daya Alam (SDA) dampak moderasi harga komoditas batubara dan penurunan lifting migas. Sementara itu, Pendapatan Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) dan Badan Layanan Umum (BLU) mengalami kenaikan pertumbuhan dipengaruhi oleh setoran dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pendapatan dari BLU non kelapa sawit.
4. Kinerja Belanja Negara terealisasi sebesar Rp2.894,5 triliun, 87,0% dari pagu APBN, tumbuh 15,3% (yoy). Komponen Belanja Pemerintah Pusat (BPP) terealisasi sebesar Rp2.098,6 triliun (85,1% dari pagu) tumbuh 18,3% (yoy). Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) terealisasi sebesar Rp1.049,7 triliun (96,2% dari pagu) dipengaruhi penyaluran3/3 berbagai program bansos, pembangunan infrastruktur, sarpras hankam dan pembayaran gaji ASN/TNI/Polri. Belanja Non-K/L terealisasi sebesar Rp1.048,9 triliun (76,2% dari pagu) terutama karena realisasi subsidi/kompensasi energi dan pembayaran manfaat pensiun.
5. Beberapa alokasi anggaran tahun 2024 lainnya tetap dijaga dalam rangka mendukung transformasi kesehatan dan peningkatan produksi pangan, serta untuk mendukung daya saing. Realisasi belanja pendidikan Rp504,0 triliun, kesehatan mencapai Rp164,3 triliun, ketahanan pangan Rp131,3 triliun, infrastruktur Rp319,3 triliun, dan perlinsos Rp392,3 triliun.
6. Transfer ke Daerah (TKD) terealisasi Rp795,8 triliun (92,8% dari pagu), tumbuh 8,1% (yoy). Kinerja penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik, DAK nonfisik, Dana Desa, Dana Keistimewaan, dan Insentif Fiskal lebih baik dari tahun sebelumnya, masing-masing tumbuh 12,7%, 8,7%, 0,5%, 2,1%, 6,1%, 3,4%, dan 0,8% (yoy). Sementara, dana Otonomi Khusus masih lebih rendah penyalurannya dibandingkan tahun lalu karena penyampaian persyaratan salur dari Pemerintah Daerah lebih lambat dari tahun sebelumnya.
7. Pembiayaan investasi berfokus pada sektor prioritas demi kesejahteraan masyarakat. Sampai dengan 30 November 2024, telah dicairkan pembiayaan investasi Pemerintah Rp69,66 triliun, antara lain untuk Lembaga Keuangan Internasional (Rp 1,97 triliun), untuk menyediakan fasilitas KPR bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah melalui FLPP (Rp17,02 triliun), untuk mencerdaskan bangsa melalui LPDP (Rp15 triliun), LMAN (Rp7,5 triliun), dan PMN kepada PT BPUI (Rp3,5 triliun), PT HK (Rp18,6 triliun), dan PT WIKA (Rp6 triliun).
8. APBN s.d. 30 November 2024 mengalami defisit sebesar Rp401,8 triliun (1,81% PDB). Keseimbangan primer tercatat positif sebesar Rp47,1 triliun. Realisasi pembiayaan anggaran mencapai Rp428,8 triliun (82,0% dari APBN). Pembiayaan APBN 2024 dikelola secara pruden dan terukur serta mempertimbangkan outlook defisit APBN, kondisi likuiditas Pemerintah, dan perkembangan pasar keuangan. Pemenuhan target pembiayaan on-track, dengan cost of fund yang efisien dan risiko yang terkendali.
Sebagai kesimpulan, hingga 30 November 2024, kinerja APBN melanjutkan tren positif, dengan defisit tetap on-track, realisasi penerimaan dan belanja positif, disertai realisasi PNBP yang telah melampaui target. Sementara itu, proyeksi perekonomian global masih melemah dipengaruhi faktor geopolitik, iklim, dampak kebijakan Trump, dan harga komoditas.
Meski demikian, pertumbuhan ekonomi domestik di Kuartal 4 2024 diproyeksikan tetap terjaga kuat, a.l. didukung konsumsi masyarakat yang kuat dan inflasi yang terkendali. Pemerintah terus mengoptimalkan peran APBN dalam menjaga perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, serta mendukung program prioritas Pemerintahan baru. Kinerja APBN di penghujung 2024 menjadi pondasi kuat untuk APBN 2025. (*)