Gatot Suprijono, Tidak Sekadar Petugas Pelabuhan
Surabaya – Seorang pencari kerja bermodal ijasah esema mencoba mendaftar menjadi buruh pelabuhan di salah satu pelabuhan besar di Indonesia. Tanpa pengalaman bahkan tanpa koneksi ia berjuang sekuat tenaga hingga berhasil diterima menjadi buruh saat itu.
Bermodal ketekunan serta semangat, posisi demi posisi direngkuhnya hingga penghujung dinasnya menduduki jabatan bergengsi yang jarang didapatkan bagi kebanyakan karyawan pelabuhan lainnya. Ia adalah Gatot Suprijono, setahun sebelum pensiun dari PT Pelabuhan Indonesia III, dikaryakan di PT Ambapers Kalimantan Selatan, yakni sebuah obyek bisnis pelabuhan hingga dua tahun lebih lama dari batas usia pensiun normal. Setelah purna tugas, ia tetap bekerja meski secara keekonomian keluarga cukup.
Ia berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan, meski tidak jauh dari dunia pelabuhan. Hingga suatu saat, di awal 2021 kami dipertemukan kembali sebagai kompatriot perusahaan setipe dengan pelabuhan tempat saya bekerja di pinggiran Provinsi Jawa Timur.
Belasan tahun mengamati sepak terjang Gatot – panggilan akrab, ada beberapa pengalaman menarik yang tidak pernah mudah dilupakan. Pernyataan yang sering terlontar dari bibirnya: “Kuasai bongkar muat barang konvensional, maka lain-lainnya akan lebih mudah”.
Pernyataan seperti itu sering diucapkannya, bahkan saat Ia mengajar di depan kelas selalu disampaikan bahwa kegiatan bongkar muat (cargo handling) adalah kegiatan perpindahan dari moda transportasi laut ke moda transportasi darat atau sebaliknya. Kegitan bongkar muat itu meliputi kegiatan, ship operation, qualy transfer operation dan receipt/delivery operation.
Dalam penyampaiannya cukup runtun, bahkan ketika saya mengikuti pemaparannya dengan jelas Ia menyampaikannya, termasuk dalam kegiatan di pelabuhan.
Sejak awal bekerja hingga pension, Ia cukup konsisten menjalankan tugas kedinasan dengan baik hingga menduduki posisi penting di perusahaan. Bahkan, setelah purna pun tenaga dan fikirannya masih dipakai di berbagai perusahaan yang bergerak di bidang pelabuhan.
Bahkan , kata Gatot, untuk mengembangkan pelabuhan di Indonesia, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan sehingga bisa mendorong tercapainya kebutuhan transportasi laut yang lebih baik.
Pertama adalah dengan cara pemerintah masuk dahulu dengan membangun dermaga dan kawasan pelabuhan, baru kemudian dilempar penawarannya ke swasta. Kedua, bisa juga dipilih dengan kerja sama dengan swasta, dan yang ketiga, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sudah eksis di salah satu pelabuhan mengembangkannya dengan memanfaatkan uangnya sendiri.
“Diharapkan bisa dikembangkan agar menjadi terminal dunia. Jadi siapa saja yang siap, maka akan terbuka peluangnya,” tutur Direktur Operasi dan Pengembangan Usaha PT.Delta Artha Bahari Nusantara (DABN) yang kini sebagai Plt.Direktur utama PT DABN. (*)