Kinerja Ekspor-Impor dan Pengaruhnya Terhadap Bisnis Peti Kemas

(Foto : Kegiatan bongkar muat di pelabuhan)
Surabaya – Ekonomi Indonesia tumbuh melambat pada kuartal III/2023. Lantas seperti apa kondisi tersebut pada bisnis peti kemas?
Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono mengatakan perlambatan tersebut tidak begitu terdampak di bisnis peti kemas. Hingga saat ini, kebutuhan domestik masih mendominasi bisnis peti kemas.
Arif juga mengatakan kebijakan hilirisasi industri bisa meningkatkan daya beli masyarakat sehingga secara tidak langsung meningkatkan permintaan akan peti kemas. PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo mencetak arus barang nonpetikemas sebesar 125 juta ton pada triwulan III tahun 2023, tumbuh 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, arus peti kemas cenderung stabil di tengah tantangan perekonomian global yang melambat, yaitu sebanyak 12,9 juta TEUs, atau tumbuh 1 persen dibandingkan tahun lalu.
Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono mengataan, capaian operasional ini sejalan dengan program standarisasi layanan pelabuhan yang terus dijalankan Pelindo pascamerger, baik pada terminal peti kemas maupun non petikemas.
“Kecepatan layanan bongkar muat di sejumlah pelabuhan mulai meningkat,” kata Arif dalam siaran pers, belum lama ini.
Ia menerangkan, sebagai contoh di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks hingga 60 boks per kapal per jam. Selain itu, di Terminal Peti Kemas Ambon, kecepatan bongkar muat naik hampir tiga kali lipat, dari 12 boks menjadi 35 boks dalam kondisi optimum.
Arif menambahkan, realisasi kinerja operasional yang meningkat mendukung kinerja keuangan Pelindo. Pendapatan usaha triwulan III tahun 2023, tercatat sebesar Rp 22,5 triliun, tumbuh 4 persen dari tahun sebelumnya.
Ia menjelaskan, capaian ini mencerminkan hasil positif dari upaya kolaborasi berbagai entitas dalam Pelindo Group yang memungkinkan manajemen sumber daya perusahaan menjadi lebih efisien dan terintegrasi. Dengan demikian, Pelindo akan memberikan kontribusi yang lebih maksimal pada konektivitas logistik Indonesia. “Kami optimis bahwa tren positif ini akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2023,” kata Arif.
Pasar ekspor lesu
Pada kesempatan lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, turunnya kinerja ekspor-impor Indonesia disebabkan karena harga komoditas dunia lebih rendah dibanding tahun lalu. Selain itu tingkat permintaan pasar global juga cenderung melemah.
Menanggapi ini Airlangga menyebut sudah menyiapkan beberapa kebijakan, salah satunya merelaksasi aturan yang mengharuskan beberapa produk manufaktur masuk pasar tanah air maksimal 50 persen. Setelah direvisi nantinya produk-produk tersebut bisa masuk pasar dalam negeri lebih dari 50 persen.
“Dan tentu melihat demand sendiri relatif melemah, beberapa kebijakan dilakukan pemerintah termasuk dalam negeri adalah membolehkan sektor manufaktur yang biasa ekspor, bisa ke dalam negeri 50 persen ini relaksasi boleh lebih dari 50 persen,” katanya dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, (6/11/2023).
Ia menyebut, bakal merevisi Peraturan Menteri Keuangan yang menjadi dasar aturan tersebut. Airlangga juga sudah meminta Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita untuk merevisi aturannya.
“PMK-nya sudah bisa, dari Menteri Perindustrian kami sudah minta direvisi peraturannya sehingga bisa lebih mendorong,” ujarnya.
Sebelumnya, Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 tak sampai 5 persen alias hanya mencapai 4,94 persen secara year on year (yoy). Terdapat beberapa faktor yang membuat lesunya perekonomian domestik ini.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan penurunan harga komoditas global memberikan pengaruh pada kinerja ekonomi Indonesia. Hal itu membuat ekspor dan impor mengalami kontraksi masing-masing -4,26 persen dan -6,18 persen pada kuartal III-2023.
“Ekspor mengalami kontraksi pada ekspor barang non migas seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, mesin atau peralatan listrik, serta ekspor barang migas seperti gas alam, hasil minyak dan minyak mentah,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (6/11/2023).
Tantangan berat
Pelaku usaha memperkirakan kinerja perdagangan Indonesia hingga akhir 2023 masih akan menghadapi tantangan yang cukup berat seiring ketegangan geopolitik yang tengah berlangsung, serta meningkatnya persaingan negara-negara di kawasan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia April 2023 terkoreksi 17,62 persen secara bulanan menjadi 19,29 miliar dolar AS. Penurunan terjadi pada ekspor komoditas migas sebesar 5,95 persen maupun komoditas nonmigas yang turun 18,33 persen.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Benny Soetrisno mengatakan, dampak situasi global seperti perang Ukraina dengan Rusia juga bakal terus memberikan dampak terhadap perdagangan Indonesia ke depannya.
“Prospek kinerja dagang sisa tahun ini akan menghadapi tantangan yang cukup berat dengan tumbuhnya negara pesaing baru, Kamboja dan Myanmar, di samping kekuatan dagang Vietnam merupakan pesaing terkuat,” ujar Benny.
Dia pun berharap seluruh pihak, khususnya pemerintah serta pelaku usaha untuk berhati-hati serta terus meningkatkan produktivitas. Selain itu, Benny pun mengingatkan bahwa makin sulitnya pelaku usaha memperoleh bahan baku untuk industrinya bakal berdampak buruk terhadap kinerja perdagangan Indonesia.
Hal tersebut tercermin dari kinerja impor periode April 2023 turun 22,32 persen year-on-year (yoy) menjadi 15,35 miliar dolar AS. Impor nonmigas turun 22,27 persen yoy sejalan dengan melandainya impor mesin/perlengkapan elektrik. Berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang modal turun 36,66 persen yoy dan barang baku penolong turun 23,26 persen secara tahunan.
“Kita harus lebih berhati-hati dan meningkatkan produktivitas. Kalau penurunan impor bahan baku untuk industri manufaktur akan berdampak negatif karena produksi industri manufaktur akan menurun, kecuali bahan baku yang turun impornya sudah bisa dipenuhi oleh industri bahan baku dari dalam negeri [subtitusi Impor],” jelas Benny.
Sebelumnya, BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia pada April 2023 sebesar 19,29 miliar dolar AS. Nilai tersebut menyusut jika dibandingkan dengan nilai ekspor April tahun lalu (year-on-year/yoy) atau Maret 2023 (month-to- month/mtm).
Jika dilihat berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor nonmigas mencapai 18,03 miliar dolar AS. Sementara itu, nilai ekspor migas sebesar 1,26 miliar dolar AS. Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi mengatakan, nilai ekspor nasional pada April 2023 turun 29,40 persen secara yoy. Penurunan ini lebih dalam jika dibandingkan dengan penurunan bulan sebelumnya, yakni sebesar 11,63 persen secara yoy.
“Ekspor migas April 2023 turun 12,18 persen dibandingkan April 2022, untuk nonmigas April 2023 juga turun 30,35 persen dibandingkan April 2022,” kata dia.
Sementara itu, jika dilihat secara mtm nilai ekspor terkoreksi 17,62 persen. Penurunan terjadi pada ekspor komoditas migas sebesar 5,95 persen maupun komoditas nonmigas sebesar 18.33 persen. Menurut Imam, penurunan nilai ekspor secara bulanan disebabkan oleh adanya momentum libur Idulfitri.
Berkurangnya hari kerja pada April lalu mengakibatkan penurunan aktivitas ekspor nasional. Jika lebih detail, komoditas-komoditas yang mengalami koreksi bulanan secara signifikan adalah logam mulia atau perhiasan sebesar 52,3 persen, bahan bakar mineral sebesar 12,04 persen, dan minyak hewan nabati sebesar 20,45 persen. “Penurunan ekspor migas sebesar 5,95 persen, hal ini dikarenakan minyak mentah turun sebesar 59,37 persen dan juga gas turun sebesar 7,95 persen,” ucap Imam. (gus)

