Mengembalikan Pesona Aroma Kopi Amstirdam
Foto: Menyeduh kopi
Surabaya – Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Komoditas tersebut harus ditingkatkan produksi maupun kualitasnya untuk dapat bersaing di pasar global.
Malang memiliki sejarah panjang dalam budi daya kopi. Kawasan Amstirdam (Ampelgading, Tirtoyudo, Sumbermanjing Wetan dan Dampit) sejak zaman Belanda sudah dikenal sebagai penghasil kopi terbesar di Kabupaten Malang.
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jatim, Isdarmawan Asrikan, yang juga eksporter kopi mengatakan nama atau brand “Kopi Dampit” ini sangat terkenal di pasar dunia khususnya Eropa karena memiliki kelebihan cita rasa yang khas. Kopi dari Dampit dikenal sebagai fine coffee atau fine robusta.
Kopi fine robusta adalah jenis kopi yang memiliki kadar kafein cukup tinggi, rasa pahit, dan aroma kuat. Kopi Dampit mempunyai karakter cita rasa cokelat karamel.
Namun, pesona Kopi Dampit di wilayah Amstirdam tentu lama-kelamaan akan hilang dan hanya tinggal sejarah apabila tidak diperhatikan oleh para stakeholder, salah satunya melalui pendampingan penyuluh untuk dapat membudidayakan secara maksimal.
Terkait dengan hal tersebut jajaran Bidang Perkebunan pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang terus mendorong petani menjadi petani yang kuat dan mandiri, guna meningkatkan produktivitas tanaman kopi melalui budi daya sesuai dengan Good Agricultural Practices (GAP), meningkatkan mutu hasil kopi melalui panen dan pascapanen yang sesuai dengan Good Manufacturing Practices (GMP).
Foto : Menikmati kopi Dampit
Penghasil kopi
Tidak diketahui secara pasti kapan pertama kali tanaman kopi masuk ke Kabupaten Malang. Namun, dilihat dari jejak yang masih tersisa, tanaman kopi di Kabupaten Malang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, sekitar tahun 1800-an.
Sejak masa penjajahan Belanda, Kabupaten Malang, khususnya Kecamatan Dampit dan sekitarnya merupakan daerah penghasil kopi. Kontur tanah yang cocok dengan letak geografis yang sesuai, yakni berada di ketinggian 500 hingga 600 meter dari permukaan laut (Mdpl). Tanaman kopi di daerah itu masih bertahan hingga sekarang.
Kawasan Dampit dan sekitarnya sebelumnya merupakan areal hutan. Belanda yang pertama kali membuka dan membangun perkebunan di daerah itu. Letak geografis yang berada di antara lereng Gunung Semeru dan laut pantai selatan membuat daerah itu cocok untuk dijadikan sentra kebun kopi dengan aroma dan cita rasa yang khas.
Seiring berkembangnya waktu, kebun kopi meluas ke daerah-daerah di sekitarnya. Data BPS, pada 2021 luas tanaman kopi di Malang mencapai 20.595 hektare. Bahkan, saat ini sudah berdiri perusahaan eksportir kopi yang memperantarai penjualan biji kopi milik para petani.
Di Kabupaten Malang tidak hanya menghasilkan kopi robusta, tapi ada sejumlah daerah yang menghasilkan kopi arabika, seperti daerah Tirtoyudo.
Data BPS Provinsi Jawa Timur, luas areal perkebunan kopi di provinsi ini mencapai 116,25 ribu hektare pada 2023. Dengan lahan seluas ini, terdapat empat kabupaten yang produksi kopinya menonjol, di atas 10 ribu ton setiap tahun.
Empat kabupaten penghasil kopi yang menonjol itu adalah Bondowoso (10.920 ton), Jember (12.361 ton), Banyuwangi (13.104 ton) dan Malang (13.673 ton). (*)