Menggali Potensi Pariwisata Dampit di Malang Selatan
Foto: Berfoto di depan pintu masuk Omah Joglo
Surabaya – Sinar matahari mulai menjemput pagi. Tanda-tanda kehidupan masyarakat di daerah ini mulai menggeliat. Kawasan perkebunan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lumajang itu tampak bersemangat menyambut aktivitas sehari-hari dengan penuh kehangatan.
Daerah yang memiliki panorama indah berbalut hijaunya perkebunan dan sejumlah air terjun tersebut adalah Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Secara umum, Kecamatan Dampit memiliki produk unggulan berupa kopi.
Kecamatan Dampit terletak sekitar 40 kilometer di sebelah tenggara Kota Malang. Kecamatan yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai selatan Pulau Jawa ini terdiri dari 1 kelurahan dan 11 desa. Ke-12 desa dan kelurahan di kecamatan ini adalah Amadanom, Baturetno, Bumirejo, Dampit, Jambangan, Majangtengah, Pamotan, Pojok, Rembun, Srimulyo, Sukodono, dan Sumbersuko.
Secara administratif, Kecamatan Dampit di sebelah utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Wajak, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tirtoyudo,di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sumbermanjing Wetan dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Turen.
Kecamatan ini memiliki luas wilayah 135.300 kilometer persegi. Struktur tanah di wilayah Kecamatan Dampit secara umum merupakan jenis tanah podsolik, yakni tanah marginal yang banyak dimanfaatkan untuk lahan perkebunan.
Sementara itu, topografi sebagian merupakan dataran dan pegunungan dengan ketinggian 300 sampai 460 meter di atas permukaan laut serta kemiringan kurang dari 40 persen. Sedangkan curah hujan rata-rata di kecamatan ini mencapai 1.419 mm setiap tahun.
Foto: Foto bersama dengan komunitas pecinta lingkungan hidup dan seniman lukis
Potesi Pariwisata Dampit
Kecamatan Dampit merupakan urat nadi perekonomian di perbatasan Kabupaten Malang – Kabupaten Lumajang. Jembatan Gladak Perak menjadi penghubung dua wilayah yang sama-sama memiliki produk unggulan di sektor perkebunan. Kabupaten Lumajang dikenal sebagai produsen pisang, khususnya pisang tanduk, sedangkan Dampit dikenal sebagai produsen kopi bercita rasa cokelat karamel.
Sebagai salah satu penghasil kopi di wilayah Malang selatan, Kecamatan Dampit terdapat banyak perkebunan kopi milik warga maupun swasta. Perekonomian warga banyak digerakkan dari sektor perkebunan. Kopi dari Dampit tidak hanya untuk konsumsi di dalam negeri, tapi juga banyak diekspor ke sejumlah negara.
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur, Isdarmawan Asrikan, yang juga eksporter kopi, mengakui bahwa kopi Dampit banyak diminati pasar dan dipasarkan pula ke luar negeri.
Kecamatan Dampit sebagai produsen kopi bahkan telah dikenal sejak masa penjajahan Belanda. Menurut beberapa sumber, di kecamatan Dampit bagian selatan terdapat perkebunan kopi yang pertama kali dimiliki oleh Belanda. Beberapa bangunan peninggalan zaman Belanda masih bisa dijumpai di daerah ini.
Foto: Menikmati live music, pertunjukan kesenian bantengan dan tari-tarian di Omah Joglo
Meski daerah perkebunan, Kecamatan Dampit memiliki potensi pariwisata di luar perkebunan yakni coban atau air terjun. Coban di Kecamatan Dampit di antaranya Coban Kincir,
Coban Tombhu, Coban Pletes dan Coban Pandawa di Desa Sukodono. Kawasan ini tidak jauh dari Coban Pelangi yang terletak di Dusun Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Objek wisata lainnya, Air Terjun Umbulan Desa Pamotan, Kampung Bunga Grangsil Desa Jambangan, Pemandian Riung Gunung Jalan Pendowo Nomor 1 Desa Polaman, Tubing X-Tempur di Desa Sumberkembar, Waduk Kaliungkal di Desa Sukodono, dan Kampung Banyu River Tubing
Desa Pamotan, di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.
Dampit memang didominasi wisata alam, tapi daerah ini layak menjadi tujuan wisata. Banyak spot indah di kawasan ini. Dari Puncak Binglis di Desa Srimulyo, Dampit, yang telah menjadi spot favorit para pendaki dan pencinta alam, wisatawan dapat menikmati pemandangan Gunung Semeru, gunung tertinggi di Jawa, yang gagah dan megah.
Di daerah Dampit kini juga sedang disiapkan objek wisata Omah Joglo “Kepatihan” yang nantinya akan menawarkan panorama alam yang indah dengan hijaunya vegetasi, kolam renang, taman bermain, dan rumah joglo dengan sajian aneka kuliner.
Kawasan dengan luas sekitar 9-10 hektare tersebut selama ini juga telah digunakan untuk berbagai kegiatan edukasi, pelatihan dan penampilan seni budaya setempat, seperti edukasi mengenai lingkungan hidup, penampilan kesenian bantengan, pelatihan tentang melukis di media gerabah, pentas tari-tarian, dan lainnya. (*)