Tanjung Perak Perlu Buffer Zone Untuk Perlancar Angkutlanjut Komoditas Ekspor
(Foto: Ketua Umum Alfi/Ilfa Jatim, Sebastian Wibisono/Dok.)
Surabaya – Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya memainkan peran penting dalam mengangkut komoditas ekspor dari Indonesia bagian timur. Oleh karena itu, proses angkutan lanjut atau angkutlanjut komoditas ekspor melalui pelabuhan ini perlu difasilitasi area khusus atau “buffer zone” guna melayani kegiatan tersebut.
Buffer zone perlu dilengkapi dengan fasilitas modern seperti terminal peti kemas, dermaga multi-guna, dan sistem bongkar muat otomatis, sehingga memungkinkan proses distribusi barang menjadi lebih cepat dan efisien.
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jawa Timur, Sebastian Wibisono, saat ditemui di ruang kerjanya, menanggapi upaya tentang upaya meningkatkan kinerja yang arus dilakukan jajaran Pelabuhan Tanjung Perak sebagai Gerbang Baru Nusantara untuk Indonesia bagian Timur, belum lama ini.
Konsep Jatim Gerbang Baru Nusantara, seperti yang disampaikan Wagub Jatim, Emil Elestianto Dardak, bahwa Jawa Timur bukan hanya karena letaknya, tapi juga karena kemampuannya dalam peran mengatur arus komoditas, bukan sekadar menerima. Jatim siap menjadi tempat semua simpul di mana seluruh nilai terkoneksi, bergerak, dan tumbuh bersama.
Menurut Wibi, panggilan akrab Ketua Alfi Jatim, konsep Jatim Gerbang Baru Nusantara sangat tepat sekali, mengingat kondisi eksisting saat ini Jawa Timur berperan sebagai Center of Gravity Ekonomi dengan adanya Pelabuhan Tanjung Perak.
Pelabuhan Tanjung Perak melayani berbagai rute perdagangan domestik dan internasional. Rute domestik meliputi pelabuhan-pelabuhan utama di Indonesia seperti Tanjung Priok di Jakarta, Belawan di Medan, Makassar, dan Balikpapan. Sementara itu, rute internasional mencakup negara-negara di Asia, Eropa, Amerika, dan Australia.
“Melalui Pelabuhan Tanjung Perak ini, Jawa Timur melayani 19 rute dan 39 rute tol laut, sehingga hampir 80 persen logistik di 20 provinsi Indonesia bagian timur disuplai dari Jawa Timur,” katanya.
Oleh karena itu, proses kepabeanan di Pelabuhan Tanjung Perak juga perlu dirancang untuk memastikan kelancaran distribusi barang sambil tetap menjaga kepatuhan terhadap aturan perdagangan yang berlaku. Setiap barang yang masuk dan keluar dari pelabuhan harus melalui prosedur pemeriksaan dokumen, pembayaran pajak, serta pengajuan dokumen secara daring.
Pelabuhan Tanjung Perak memberikan dampak positif bagi sektor industri, transportasi, dan tenaga kerja di Jawa Timur serta wilayah sekitarnya. Dengan terus berkembangnya infrastruktur dan teknologi di pelabuhan ini, diharapkan Pelabuhan Tanjung Perak akan semakin mampu mendukung pertumbuhan berbagai daerah di Nusantara serta menjadi pintu gerbang utama untuk aktivitas ekspor dan impor ke mancanegara.
(Foto: Lapangan penumpukan di lingkungan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya/Dok)
Perlu Buffer Zone
Wibi mengakui, dalam beberapa tahun terakhir, Pelabuhan Tanjung Perak telah mengalami perkembangan signifikan dengan investasi dalam digitalisasi layanan, peningkatan dermaga, serta penerapan teknologi otomatisasi dalam sistem logistik dan distribusi barang.
“Ini bertujuan untuk memastikan bahwa pelabuhan ini dapat terus berkontribusi dalam mempercepat arus perdagangan dan meningkatkan daya saing industri nasional,” ucapnya.
Pelabuhan Tanjung Perak perlu adanya fasilitas buffer zone untuk layanan angkutlanjut ekspor sebagai area untuk menyimpan dan mengelola peti kemas atau komoditas ekspor sebelum dikirim ke kapal atau tujuan akhir.
“Buffer zone ini dapat membantu meningkatkan efisiensi dan keamanan dalam proses angkutan ekspor di pelabuhan. Buffer zone juga digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara untuk peti kemas atau komoditas ekspor sebelum dikirim ke kapal atau tujuan akhir,” katanya.
Buffer zone digunakan untuk mengelola peti kemas, termasuk pengisian, pengosongan, dan pemindahan peti kemas. Buffer zone digunakan untuk mengawasi dan memeriksa peti kemas atau komoditas ekspor sebelum dikirim, sehingga memastikan bahwa komoditas tersebut memenuhi standar kualitas dan keamanan.
Buffer zone dapat membantu mengurangi risiko kerusakan peti kemas atau komoditas ekspor selama proses angkutan dengan menyediakan fasilitas penyimpanan yang aman dan terproteksi.
Dengan adanya buffer zone diharapkan dapat membantu meningkatkan efisiensi dalam proses angkutan ekspor di pelabuhan dengan menyediakan fasilitas penyimpanan dan pengelolaan yang efektif. Selain itu, dapat membantu meningkatkan keamanan peti kemas atau komoditas ekspor dengan menyediakan fasilitas penyimpanan yang aman dan terproteksi.
Buffer zone dapat membantu mengurangi biaya angkutan ekspor dengan menyediakan fasilitas penyimpanan dan pengelolaan yang efektif, sehingga mengurangi kebutuhan akan biaya penyimpanan dan pengemasan yang tidak perlu.
Bukan itu saja, buffer zone dapat pula membantu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan menyediakan peti kemas atau komoditas ekspor yang berkualitas dan siap untuk dikirim.
Dengan demikian, buffer zone di pelabuhan dapat menjadi solusi efektif untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, dan kualitas dalam proses angkutan ekspor di pelabuhan.
Perkuat Konektivitas
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan peran strategis Jawa Timur dalam penguatan konektivitas logistik nasional, terutama lewat Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
“Dari sekitar 36 hingga 39 jalur tol laut nasional, 19 di antaranya melalui Tanjung Perak. Artinya, lebih dari 50 persen jalur tol laut melintasi Surabaya,” ungkapnya.
Infrastruktur ini menjadi alasan mengapa Pemprov Jatim gencar menggelar misi dagang ke kawasan timur Indonesia. Sebab, sebanyak 20 provinsi di Indonesia Timur telah menjadi mitra dagang strategis Jawa Timur.
“Nilai perdagangan antarwilayah di tahun 2024 bahkan tembus Rp214 triliun. Itu angka yang tidak kecil,” ucap Khofifah.
Selain efisiensi logistik, pendekatan dagang ini didasari kebutuhan riil masyarakat di wilayah-wilayah timur, yang menurutnya masih sangat tinggi dalam sektor barang dan bahan pokok.
Menanggapi pertanyaan tentang sektor pertanian, Khofifah menekankan bahwa kontribusi Jawa Timur di bidang ini tetap yang terdepan secara nasional. “Kalau bicara padi, kita tertinggi di antara seluruh provinsi di Indonesia. Luas Tanam Kita (LTT) juga yang terluas,” tegasnya.
Tak hanya itu, produktivitas sektor perkebunan juga mencatatkan prestasi membanggakan. Bahkan, rata-rata nasional untuk tebu menghasilkan 5 ton gula per hektare. “Di Jawa Timur, sudah cukup banyak yang mampu memproduksi 20 ton per hektare,” ujarnya.
Hal serupa terjadi di subsektor peternakan, Khofifah menyebutkan Jawa Timur tercatat sebagai produsen utama untuk daging ayam, daging sapi, jagung, dan telur. Ia menyampaikan, semua data ini akan disinkronkan dan perkuat dalam dokumen RPJMD.
“Harapannya, ini jadi arah pembangunan yang berpihak pada sektor riil dan kesejahteraan masyarakat,” imbuhnya.
Dalam pandangannya, Jawa Timur memiliki keunggulan geografis dan historis yang menjadikannya sebagai “halaman depan” dari Ibu Kota Negara yang baru. Khofifah menyebutnya sebagai Gerbang Baru Nusantara. (*)