Pemberdayaan Kesehatan Mental dan Pengelolaan Waktu Belajar untuk Tingkatkan Produktivitas Mahasiswa
*) Gugus Wijanarko/HO-STIAMAK
Surabaya – Setiap tahun tantangan yang dihadapi mahasiswa dalam menjaga kesehatan mental (mental helath) dan pengelolaan waktu belajar semakin meningkat. Berdasarkan Indonesia National Adolescent Mental Helath Survey (I-NAMHS), satu dari tiga remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, sementara satu dari dua puluh remaja mengalami gangguan mental dalam 12 bulan terakhir (ugm.ac.id, 2022).
Fenomena ini tidak hanya terbatas pada remaja, tetapi juga cenderung semakin mengkhawatirkan di kalangan mahasiswa. Kasus-kasus tragis seperti yang terjadi di Palangkaraya dan Yogyakarta, di mana mahasiswi diduga bunuh diri karena stres akibat beban tugas kuliah, mencerminkan kondisi yang mendesak untuk segera diatasi (Kompas.com, 24 Januari 2024; CNN Indonesia, 22 Oktober 2021).
Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian terhadap mental health mahasiswa, terutama dalam menghadapi sistem pembelajaran yang semakin menuntut mereka untuk beradaptasi dengan cepat. Sistem pembelajaran Pendidikan Tinggi berbasis blok, yang mengharuskan mahasiswa untuk belajar secara mandiri dan mencapai prestasi yang telah ditentukan, menimbulkan berbagai mental changes dan emosional. Masalahnya, tidak semua mahasiswa siap menerima perubahan ini.
Persaingan akademik yang lebih ketat berdampak pada menurunnya motivasi belajar, yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar mahasiswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah melalui hypnotherapy. Hypnotherapy merupakan terapi psikologis yang menggunakan metode hipnosis dengan teknik tertentu untuk menangani masalah psikologis (Taufik dan Upoyo, 2019).
Meskipun bantuan mental health semakin dibutuhkan, banyak orang tua menghadapi hambatan dalam mengakses bantuan tersebut untuk remaja mereka. Data dari I-NAMHS (2022) menunjukkan bahwa sebanyak 43,8% orang tua memilih untuk mengatasi masalah mental health remaja mereka sendiri, dan 19,2% tidak tahu ke mana harus mencari bantuan. Hambatan lainnya termasuk keyakinan bahwa masalah akan membaik dengan sendirinya (15,4%) dan biaya yang tidak terjangkau (13,6%).
Hal ini memperlihatkan perlunya intervensi yang lebih mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat luas.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa hypnotherapy, dengan menargetkan relaksasi otot dan bias atensi, dapat mengurangi kerentanan terhadap kecemasan terkait ujian serta mengurangi bias atensi terhadap stimulus terkait ujian. Dengan sugesti hipnosis, peserta dapat tetap tenang dan rileks saat menghadapi informasi terkait ujian, sehingga mereka tidak terus-menerus terpaku pada informasi tersebut (Zhang et al., 2022).
Berdasarkan kondisi tersebut, untuk menguatkan mental health dan mengelola waktu belajar mahasiswa melalui hypnotherapy berbasis self-hypnosis dengan teknik Ha Breathing dapat merelaksasi mahasiswa sehingga mereka mampu mengelola waktu belajar dengan lebih baik dan mengurangi probabilitas gangguan mental health, serta meminimalisir kemungkinan terjadinya kondisi yang tidak diinginkan, seperti kasus-kasus tragis yang telah terjadi sebelumnya.
Pasca-hypnotherapy hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami peningkatan signifi kan dalam hal mental health, pengelolaan waktu belajar dan motivasi, merasa lebih segar dan bersemangat dalam menjalani kegiatan akademik mereka. Gelombang otak mereka telah berpindah dari gelombang Gamma—yang berfungsi pada level kewaspadaan—ke Gelombang Alpha, yang memfasilitasi keadaan relaksasi. Gelombang Alpha dan Theta memang merupakan gelombang otak yang optimal untuk induksi hypnotherapy, kemungkinkan mahasiswa untuk lebih mudah mencapai keadaan relaksasi dan receptiveness terhadap terapi.
Dalam hal pemahaman juga menjadi lebih baik dan lebih paham mengenai teknik pengelolaan stres dan waktu belajar, mahasiswa merasakan peningkatan kesegaran dan semangat, mengindikasikan bahwa proses ini efektif dalam mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka. Peningkatan energi dan motivasi ini merupakan indikasi positif dari efektivitas metode hypnotherapy dalam mendukung produktivitas akademik.
Selanjutnya perlu langkah strategis untuk memaksimalkan manfaat dari hypnotherapy, yaitu Pertama, menyelenggarakan bimbingan konseling secara interaktif guna memahami kondisi individual mahasiswa lebih dalam. Ini akan membantu dalam mempersonalisasi dukungan yang diberikan dan memastikan bahwa setiap mahasiswa mendapatkan bantuan sesuai dengan kebutuhan spesifik mereka.
Kedua, fasilitas konseling, sehingga mahasiswa lebih sadar dan terinformasi mengenai sumber daya yang dapat mereka manfaatkan. Ketiga, kesinambungan dalam penguatan mental health mahasiswa, seperti reduksi trauma, pemasangan anchor, dan berbagai aktivitas lain yang dirancang untuk lebih lanjut meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan mahasiswa secara keseluruhan.
Dengan demikian penciptaan lingkungan belajar yang lebih sehat dan produktif, serta memperkuat upaya Kampus dalam mendukung mental health mahasiswa secara me nyeluruh dan pengelolaan waktu belajar melalui hypnotherapy terbukti efektif dalam menurunkan tingkat stress mahasiswa yang mendukung kondisi relaksasi dan receptiveness. Merasakan peningkatan kesegaran dan semangat belajar menunjukkan bahwa metode ini berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka. Hal ini akan menjadi bekal kesiapan fresh gradu ates siap memasuki dunia kerja.
Teknik ini efektif dalam mendukung mental health dan produktivitas mahasiswa, serta menciptakan lingkungan akademik yang lebih sehat dan produktif. Teknik ini tidak hanya untuk untuk meningkatkan produktivitas akademik mahasiswa saja. Teknik tersebut juga dapat diimplementasikan sebagai alternatif metode dalam memperbaiki mental health karyawan dan membantu pengelolaan waktu bekerja lebih produktif untuk karyawan pada industri jasa kepelabuhanan yang mendukung mental health, menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif melalui langkah strategis Coaching, Mentoring dan Counseling. Hal ini memiliki peran penting dalam pengembangan pribadi dan professional karyawan. Terlebih lagi karyawan kelompok milenial dan gen Z yang memiliki karakteristik berbeda beda. (*)
*) Gugus Wijaranrko – Ketua STIAMAK Barunawati Surabaya.