Sikapi Dampak Konflik Kawasan Laut Merah, Perluas Pasar Non-tradisional
Surabaya – Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur menggelar Business Gathering yang dikemas dalam diskusi interaktif bertajuk Peluang dan Tantangan Peningkatan Ekspor Jawa Timur, di Surabaya, Selasa (28/5/2024).
Acara yang berlangsung dinamis tersebut diikuti ratusan peserta dan menghadirkan pembicara dari Bank Syariah Indonesia (BSI), GPEI Jatim, serta Jobstreet.
Ketua GPEI Jatim, Isdarmawan Asrikan mengemukakan bahwa ekspor dari Jatim ke berbagai negara selama ini menunjukkan kinerja positif yang diindikasikan dengan peningkatan nilai ekpsor dari tahun ke tahun.
Sementara itu, Department Head Trade Services Product & Transaction Banking Group PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Tjahjono Soebroto, dalam sambutan acara tersebut menyatakan bahwa BSI siap untuk mendukung pembiayaan kegiatan ekspor dari Jatim.
Potensi ekspor Jatim
Ayu S Rahayu, pembicara yang juga Wakil Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri GPEI Jatim mengemukakan bahwa Jatim memiliki potensi ekspor dan menjadi salah satu pintu gerbang perdagangan luar negeri melalui Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya.
Ekspor nonmigas Jatim pada Januari-Maret 2023 sebesar 4.967,85 juta dolar AS, sedangkan pada Januari-Maret 2024 sebesar 6.073,84 juta dolar AS.
Komoditas ekspor nonmigas Jatim tersebut meliputi perhiasan/permata, tembaga, lemah/minyak hewan/nabati, kayu dan barang dari kayu, ikan krustasea dan moluska, bahan kimia organik, berbagai produk kimia, tembakau dan rokok, kertas dan karton, serta olahan ikan krustasea dan moluska.
Sedangkan throughput petikemas di Terminal Petikemas Surabaya pada 2023 mencapai 1.449.640 Teu’s, yang terdiri domestik 73.713 Teu’s dan internasional 1.375.927 Teu’s.
Sementara itu, negara-negara tujuan ekspor nnmigas dari Jatim di antaranya Amerika Serikat Jepang, Tiongkok, Swiss, Malaysia, Korea Selatan, Vietnam, India, Philipina, Australia, Belanda, Jerman dan Italia.
Dampak Krisis Laut Merah
Ayu juga menjelaskan bahwa krisis di Laut Merah karena memanasnya di kawasan tersebut berdampak terhadap perdagangan Jatim. Memanasnya konflik di kawasan Laut Merah menyebabkan biaya logistik yang harus ditanggung eksportir (ocean freight) membengkak. Ocean freight dari Asia ke Eropa, Mediterania, Amerika dan rute yang melintasi Laut Merak naik.
Contohnya, biaya pengiriman transhipment Port Klang/Sinagpura ke Pelabuhan Utama di Eropa untuk kontainer 20 feet naik dari 2.300 dolar AS enjadi 3.600 dolar AS. Untuk kontainer 40 feet dari 3.700 dolar AS menjadi 5.800 dolar AS.
Pembengkakan biaya tersebut diakibatkan adanya pengalihan rute pelayaran yang harus melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
Strategi untuk mendukung ketahanan perdagangan luar negeri dari Jatim maka perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, pada awal 2025 ekspor hasil kehutananan akan memberlakukan European Union De forestation-Free Regulation (EUDR).
Kedua, menjalin kerja sama lebih intensif dengan negara tujuan ekspor. Ketiga, mengembangkan pasar tujuan ekspor yang potesial di Kawasan Asia, Afrika dan Pasifik yang rutenya tidak terdampak konflik di Laut Merah.
Kinerja BSI
BSI menyatakan siap mendukung pembiayaan ekspor bagi pelaku usaha di Jatim. Apalagi, BSI selama ini juga mampu menjaga kinerja positif dan berhasil mencetak laba senilai Rp1,71 triliun pada kuartal I/2024, di tengah tantangan dan kondisi ekonomi global yang fluktuatif.
Kinerja positif tersebut didorong oleh pertumbuhan dana murah dan konsistensi BSI dalam menjalankan fungsi intermediasi.
Mengutip data BSI, pencapaian positif tersebut didorong oleh pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh pesat, yaitu 10,43% (yoy) mencapai Rp297 triliun yang didominasi oleh dana murah, dimana tabungan tumbuh 8,75% dan giro tumbuh hingga 10,52%.
Pencapaian tersebut pun berhasil membawa posisi BSI berada di peringkat 5 secara nasional dari sisi penghimpunan Tabungan.
Dari sisi intermediasi, penyaluran pembiayaan BSI pada kuartal 1 2024 mencapai Rp247 triliun atau tumbuh 15,89% (yoy). Dari nilai tersebut, sebesar 54,62% disalurkan pada segmen consumer. Kemudian, sebesar 27,81% disalurkan ke segmen wholesale dan 17,56% ke segmen retail.
Pada segmen konsumer sendiri, pembiayaan terbesar disalurkan untuk pembiayaan griya, mitraguna, pensiun, bisnis emas, oto, cicil emas dan hasanah card.
Adapun untuk pembiayaan berkelanjutan, BSI telah menyalurkan Rp59,2 triliun yang didominasi oleh sektor UMKM sebesar Rp46,6 triliun, sustainable agriculture Rp4,9 triliun, energi terbarukan Rp0,9 triliun, dan proyek green lainnya sebesar Rp0,6 triliun.
Seiring dengan konsistensi dan komitmen untuk melakukan level up menjadi beyond sharia banking, BSI terus mendorong peningkatan layanan digital. Langkah ini juga bertujuan untuk memudahkan akses masyarakat terhadap layanan perbankan syariah baik secara individu, pelaku UMKM, maupun korporat.
Konsistensi tersebut pun membuahkan hasil, dimana pada Maret 2024, jumlah pengguna BSI Mobile melonjak 29,35% yoy menjadi 6,70 juta orang. BSI mobile mencatatkan jumlah transaksi sebesar 118,5 Juta dengan volume tranaksi mencapai Rp145,1 Triliun. Jumlah nasabah yang membuka rekening secara online pun mencapai 93,6% dari nasabah baru BSI hingga Maret 2024.
BSI juga agresif meningkatkan Merchant QRIS untuk transaksi pembayaran. Hingga Maret 2024, Jumlah merchant QRIS mencapai 320 ribu, naik 80,84%, dengan jumlah transaksi mencapai 5,85 juta senilai Rp551 miliar.
Untuk menjangkau masyarakat yang berada di daerah yang belum terdapat layanan bank sekaligus sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi mikro, BSI terus memperluas jaringan BSI Agen. Sampai dengan Maret 2024 jumlah BSI agen mencapai 91 ribu dengan total 5,7 juta transaksi dan volume sebesar Rp13,2 triliun.
Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSI juga turut berkontribusi dalam melakukan green activity. Salah satu implementasi aktifitas ini adalah penyediaan 50 titik mesin RVM (Reverse Vending Machine) di seluruh Indonesia, yang saat ini berdampak pada pengurangan emisi karbon sebanyak 147,9 ton CO2eq dan mendaur ulang plastik 27,9 Ton limbah plastik.
Sementara itu, pembicara lain dalam kegiatan sehari tersebut, Eka Kurniawan dari Jobstreet berbagi mengenai perekrutan Sumber Daya Manusia (SDM) berbasisi Teknologi AI dalam mendorong kinerja perusahaan. (*)